Entri Populer

Senin, 01 Juli 2013

kekuatan usaha bermodal kecil

Dalam dua minggu ini, saya bertemu dengan beberapa teman yang sesama pebisnis. Ada berbagai hal yang kami perbincangkan, dan utamanya pasti tentang krisis keuangan yang sedang melanda dunia. Menarik juga, karena pola pandang mereka yang menjalankan bisnis kecil ternyata berbeda dengan yang bergerak di bisnis skala besar. Dalam tulisan ini saya ingin berbagi tentang apa yang menjadi pemikiran mereka mengenai kondisi usaha saat ini.
Minggu lalu, pertama saya makan malam dengan seorang teman lama yang juga bergerak di bidang teknologi informasi yang berfokus pada infrastruktur dan perangkat lunak asuransi. Usahanya termasuk menengah kecil seperti saya, dengan karyawan tak sampai dua puluh orang, meskipun omzet nya mencapai milyaran rupiah. Ketika perbicangan kami mulai memasuki prediksi kondisi bisnis tahun yang akan datang, saya menangkap nada optimisnya. Menurutnya, krisis saat ini lebih pada mereka yang menanamkan uangnya pada instrumen investasi, dimana posisi harga anjlok tak terkendali. Sedangkan untuk bisnisnya sendiri dengan pasar yang sudah pasti dan produk yang unik, ia percaya bahwa tahun depan, perusahaannya masih bisa berjalan dengan baik. Saya kira, karena memang produknya unik dan spesifik untuk kliennya, ia bisa optimis. Hanya ada sedikit kekhawatiran, oleh karena kliennya bergerak di sektor finansial, kalau sampai terjadi guncangan pada usahanya, bisa-bisa kontrak kerja yang sudah ditandatangani di tunda, atau lebih parahnya dibatalkan, meskipun harus membayar denda yang tidak kecil nilainya. Bagi teman saya itu, ia tetap tidak terlalu khawatir, karena perusahaannya yang kecil. Kalaupun terjadi sesuatu, ia masih mudah untuk bergerak dan bertahan dengan cost yang mudah dikendalikan. Dengan kata lain, jika harus pindah bidangpun, ia siap.
Esoknya, saya janjian untuk makan siang dengan seorang teman lagi yang juga pebisnis yang menyalurkan barang-barang ke beberapa lembaga. Barang-barang itu ada yang diproduksinya sendiri secara home industry, ada pula yang bersifat trading. Dalam pembicaraan mengenai prospek bisnis ke depan, meskipun dengan nada rendah, ia menunjukkan sikap optimis pada bisnis yang ditekuninya. Baginya, tantangan mungkin lebih pada persaingan ketat yang sudah dialaminya dari awal bisnisnya. Sedangkan untuk pasar, kemungkinannya adalah penurunan permintaan. Namun karena biaya operasionalnya kecil, dengan karyawan dibawah sepuluh orang, ia tetap yakin bisa melanjutkan usahanya dalam masa krisis.
Memang, dua orang teman saya ini tidak bisa dianggap mewakili keseluruhan pandangan pengusaha UKM, karena mungkin banyak yang berpandangan sebaliknya. Namun menurut saya, dengan produk unik dan pasar yang jelas serta biaya operasional yang relatif rendah, daya tahan UKM untuk melalui masa krisi cukup besar. Lain halnya dengan pertemuan dengan para eksekutif yang mengelola bisnis skala besar, dimana perbincangan juga menyentuh masalah krisis keuangan.
Direktur perusahaan konstruksi besar yang terkemuka ini memang sudah kenyang pengalaman. Namun dalam pertemuan sore hari di kantornya di wilayah Cikarang, ia tampak lelah. Sampai akhir tahun ini, ia baru mendapat satu klien baru untuk pengerjaan konstruksi baja. Sedangkan untuk proyek sipil pembangunan gedung bertingkat yang menjadi andalan perusahaannya, belum ada yang yang masuk. Meskipun ia hanya menjabat sebagai eksekutif saja, tetapi tentu saja ia harus bertanggung jawab untuk kelanjutan operasional perusahaannya yang melibatkan tidak kurang dari tiga ribu karyawan. Biaya besar yang harus ditanggung perusahaannya memang mengharuskan mereka untuk terus menerus mendapatkan proyek. Di sisi lain, kredit bank juga sudah tidak mudah didapatkan, dan bunganyapun tinggi sekali. Maka sore itu, obrolan kami lebih banyak hanya mendengarkan keluh kesahnya.
Malamnya, kebetulan juga saya ada janji makan malam dengan seorang presiden direktur perusahaan telepon genggam ternama. Meskipun pertemuan itu bukan membicarakan bisnis, tetapi untuk urusan aktifitas gereja, tak urung, setelah pembicaraan utama selesai, topik berikutnya tetap sama, masalah krisis finansial. Menurutnya, tahun mendatang bisnis akan menurun. Walaupun tidak menyebutkannya secara terang-terangan, tetapi saya menangkap kekhawatirannya, karena produk perusahaannya bukanlah kebutuhan primer, sehingga ada kemungkin terjadi penurunan permintaan yang besar, manakala orang-orang lebih mengutamakan kebutuhan utamanya yang harganya akan meningkat. Ketika saya mengutarakan bahwa fokus bisnis saya yang menyediakan kebutuhan usaha ritel, yang sampai saat ini masih tinggi permintaannya, menurutnya, saat ini memang ritel sebagai salah satu sektor riil terkuat, perlahan tapi pasti akan terimbas juga. Hanya saja, jika pemulihan bisa cepat, sebelum pengaruh krisis membesar, maka bisnis ritel bisa selamat. Konsumsi masyarakat masih akan menjadi pendorong utama pergerakan ekonomi tanah air.
Saya kira, memang terbukti selama krisis satu dekade sebelumnya, usaha dengan modal kecil lebih bisa bertahan. Kalau melihat ke dalam kondisi perusahaan saya sendiri, kekuatan itu ada pada bentuk perusahaan yang ramping, tanpa birokrasi, gesit dan fleksibel serta operasional yang berbiaya rendah. Maka saya harap untuk rekan-rekan yang bergerak di usaha UKM bisa tetap bersikap optimis dalam menyikapi kondisi perekonomian saat ini. Seperti kata teman saya, yang berbisnis sebagai penyalur, “Biar para pakar saja yang berdiskusi urusan krisis ekonomi, kita urusannya dagang sajalah…!”

1 komentar:

  1. Online Casino in NJ
    New Jersey's Premier septcasino Online Casino. Play the best games & Slots, Blackjack, Roulette, Video Poker and More! Join deccasino Now 바카라사이트 and Get $1000 Bonus!

    BalasHapus